Sejarah di Balik Tradisi Pawai Obor Asian Games
Asian Games mendekat, apinya menyala, semangatnya menyelinap masuk dalam diri para atlet.
Api Asian Games pun dinyalakan, berjalan dari satu kota ke kota lain demi menghidupkan semangat dan nilai-nilai yang lahir dari dalam diri turnamen. Kali ini, api Asian Games itu dibawa dari India yang menjadi tuan rumah pertama gelaran Asian Games, tepatnya pada 1951.
Api Asian Games ini dinyalakan Stadion Nasional Dhyan Chand di New Delhi, yang menjadi venue Asian Games pertama. Dari India, api abadi itu disatukan dengan api abadi yang diambil dari Mrapen, Grobogan, Jawa Tengah. Prosesi penggabungannya sendiri dilakukan di Candi Prambanan.
Obor Asian Games yang merupakan gabungan dua api abadi tersebut akan melakoni perjalanan panjang melintasi Pulau Jawa, Pulau Bali, Nusa Tenggara Barat, hingga Papua Barat. Setelahnya, pawai akan berlanjut ke Sulawesi Selatan, Kalimantan Selatan, dan menyeberang ke Pulau Sumatera, yang dimulai di Aceh.
Dalam sejarah yang lahir dan dirawat secara turun-temurun, api abadi itu muncul setelah Sunan Kalijaga yang memimpi penaklukkan ini mencari mata air untuk para prajuritnya yang kelelahan dengan menancapkan tongkatnya ke tanah. Tak lama setelahnya, lubang bekas tancapan tongkat itu menyemburkan api.
Itu mitologinya. Secara ilmiah, keberadaan api abadi seperti di Mrapen ini merupakan fenomena geologi berupa keluarnya gas alam dari dalam tanah yang tersulut api sehingga menciptakan api yang tidak pernah padam sekalipun diguyur hujan.
Ini bukan pertama kalinya Mrapen melahirkan cerita tentang api abadi. Jauh sebelumnya, api abadi Mrapen pertama kali digunakan untuk upacara pembukaan Pesta Olahraga Negara-negara Berkembang atau Games of the New Emerging Forces (Ganefo) pada 1 November 1963.
Selain digunakan untuk acara-acara olahraga, api abadi di Mrapen ini juga digunakan dalam perayaan Tri Suci Waisak.
Perhelatan Asian Games pertama belum mengenal tradisi pawai obor. Tradisi ini lantas dimulai di perhelatan Asian Games ketiga pada 1958. Kala itu, Tokyo yang menjadi tuan rumah.
Api abadi dan pawai obor di Asian Games pada akhirnya memang tidak bisa dilepaskan dari mitologi. Pada dasarnya, mitologi bertujuan untuk merumuskan sesuatu yang kompleks ke dalam bentuk yang paling sederhana atau bahkan eye-catching, sehingga nilai-nilai yang terkandung di dalamnya mudah diterima, dipahami, dan diingat.
Tujuan akhirnya, nilai-nilai yang dinarasikan dalam mitologi itu bisa terus-menerus direproduksi, termasuk segala hal yang terkandung dalam cerita api abadi dan tradisi pawai obor Asian Games.
Comments
Post a Comment